Perempuan Pelukis Senja
Adit kembali mendaratkan kakinya ke tempat ini,
meninggalkan sejenak segudang rutinitas di Ibukota, untuk yang ke sekian
kalinya Perempuan itu mengajak Adit ke tempat ini yaitu Pantai Jimbaran.
Menikmati keindahan panorama pantai di senja hari. Meniti setiap jengkal untuk
merasakan sensasi indahnya senja di Jimbaran. Adit merasa bahagia karena bisa
melepas penat dari keriuhan kemacetan Ibukota yang semakin menggila.
“Aaaaghh, di sini udaranya bersih tanpa polusi”
teriak Adit sambil merentangkan kedua tangannya.
Tatapan mata Adit tak pernah lepas pada
butiran-butiran putih di dekat kakinya. Disinilah tempat Perempuan itu yang selalu habiskan
waktunya untuk melukis senja, dan Adit hanya bisa menikmati setiap gerakan
tangan si Perempuan itu yang sungguh lincah memainkan kuas di atas kanvas.
Kali ini Perempuan itu terlihat begitu cantik,
berbeda dari biasanya. Rambutnya yang panjang dan lurus diikat menyembul
menyerupai sanggul kecil, dengan rambut poninya yang sesekali hampir terbang
tertiup angin, namun Adit masih bisa melihat mata si Perempuan yang coklat itu
memantulkan sinar senja.
Ya Perempuan itu kekasih Adit, Renatha namanya.
Mereka berdua menjalani kisah asmara jarak jauh antara Jakarta – Bali sudah
terpaut 6 tahun, memang bukan waktu yang singkat. Renatha seorang penggila
senja. Renatha tidak pernah melukis objek lain selain matahari yang tenggelam.
Tidak pernah selain senja. Selalu senja yang dilukisnya.
Tetapi hasil lukisannya sangat bagus. Sebenarnya
Adit bukan orang yang pandai betul tentang bagaimana menilai sebuah karya seni
lukisan, tetapi matanya tidak bisa berbohong. Dan Bola matanya selalu dibuat candu setiap melihat lukisan
yang di buat kekasihnya itu. Gambar yang selalu berwarna jingga.
*****
Adit menyeret kakinya beberapa meter untuk sekedar
bermain pasir tak jauh dari tempat Renatha mengambil objek gambar, Adit
membiarkan Renatha sibuk melukis tapi matanya masih bisa menjangkau seluruh
lekuk tubuh Renatha secara jelas dan utuh dari kejuahan. Tangan Renatha yang
indah mulai menyapukan kuas kecilnya.di atas kanvas. Kepala Renatha bergerak
miring seakan mengikuti bentuk garis halus yang sedang dia lukis. Dari kejauhan
Adit melihat bibir tipis Renatha menyunggingkan senyum. Senyumnya itu, seakan
menyampaikan berjuta pesan. Tetapi tidak sepatah kata pun keluar dari bibir
indah Renatha.
Adit terpaku sejenak, kemudian diapun berusaha
untuk menggoda kekasihnya itu.
“Kemarilah Sayang, lepaskan sejenak kuasmu” Bujuk
Adit dari kejauhan sambil tangannya menggenggam butiran pasir. Tetapi lagi-lagi
Renatha hanya melempar senyum. Renatha menurunkan tangannya dari kanvas,
kemudian melanjutkan menyapukan kuas kecilnya dengan gerakan yang sungguh
lincah dan lancar.
*****
Renatha membereskan alat lukisnya dan melangkah
pergi meninggalkan Adit yang masih diam menatap Renatha dari jarak beberapa
meter. Anehnya Adit tidak bisa memanggil kekasihnya itu, seakan-akan suaranya
seketika hilang dan hanya bisa menatap punggung ramping Renatha yang kian
menjauh.
Samar - samar Adit mendengar suara yang tak asing
lagi di pendengarannya dengan perlahan
dia membuka mata, teriakan jam weaker membuyarkan bunga tidurnya yang
mengingatkan pada kekasihnya yang setahun lalu sudah mendiami Surga.
Perempuan Pelukis Senja
Reviewed by Unknown
on
September 30, 2017
Rating:
Tidak ada komentar